MAKALAH
Tafsir
“Sumber ilmu pengetahuan”
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TAFSIR
SEMESTER II
Dosen Pembimbing:
Kambali,Drs.M.Pd.I
Di susun oleh:
1. Daim Furqot
2. Kariah
smun, S.Ag
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Sang pembawa sinar pelita, yang mengajar dan menuntun manusia, yaitu junjungan kita Nabi Muhammad saw., yang telah menghapus kedhaliman dan membangunkan orang tidur (bodoh). Dengan diutusnya, maka keluarlah umat manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Dan semoga sholawat serta salam dicurahkan pula kepada keluarganya berikut para sahabatnya serta pengikut jejak langkahnya sampai hari kiamat.
Penyusunan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir, yang bertema Sumber Ilmu Pengetahuan. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Kambali,Drs.M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Tafsir, atas bimbingan dan arahannya selama penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar pada pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………...2
Q.S. Ali Imran[3]: 190-191……………………………………...2
Q.S. Fushilat[41]: 53………………...…………………………..6
Q.S. Al-Ghosyiyah[88]: 17-20….…………………………........9
KESIMPULAN……….…………………………………………13
REFERENSI……………………………………………………..14
BAB 1
PENDAHULUAN
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang menguasai alam semesta ini, bahwa apa yang terjadi ini berkat izin-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah ini juga karena izin-Nya juga.
Tafsir al-Qur’an merupakan penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan seseorang dalam menafsirkan itu berbeda-beda sesuai dengan apa yang diperoleh atau dicernanya. Di dalam makalah ini akan membahas beberapa ayat al-Qur’an yang menguraikan tentang Sumber Ilmu Pengetahuan yang mana kami ambil dari beberapa referensi para tokoh tafsir diantaranya : Ahmad Musthafa al- Muraghi, M. Quraish Shihab, Imam Jalaluddin Mahalliy dan Imam Jalaludin As Suyuthi, serta Muhammad Nasir Ar-Rifa’i. Dari pembahasan para tokoh tersebut, bahwa sumber pengetahuan bukan hanya dari suatu kitab saja melaikan menyuruh kita agar mempelajari apa yang ada pada sekeliling kita, contoh unta mungkin kita tahu semua bagaimana bentuknya, karakteristiknya, kalau kita tidak mau merenungi unta secara mendalam, kita tidak akan mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh Allah. Karena Allah menciptakan sesuatu itu semuanya berguna ( tidak sia-sia).
BAB 2
PEMBAHASAN
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
Q.S. Ali Imran[3]: 190-191
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
- Penafsiran Kata-Kata Sulit
الخلق _Al-Khalqu : perkiraan dan penyusunan yang menunjukan pada tatanan yang mantap.
السّمٰوٰت_As-Samawat : alam yang ada diatasmu, yang engkau lihat sendiri.
الارضُ_Al-Ardu : tempat hidup kamu.
ﺍﺨﺗﻟﻒﺍﻟﻳﻝﻮﺍﻟﻨﻬﺎﺮ_Ikhtilaful laili wan nahar : pergantian antara keduanya dan silih bergantinya siang dan malam.
لاٰيات_La Ayatin : sungguh merupakan tanda(dalil) yangn menunjukkan adanya Allah dan kekuasaan-Nya.
الالبابُ_Al-Albab : bentuk tunggalny lubbun,yang artinya akal.
قياماوّقُءُودا_Qiyaman wa qu’uda : bentuk tunggalnya qaim dan qa’id,yang artinya berdiri dan duduk (rukun-rukun sholat).
باطالا_Batilan : sia-sia yang tak ada faedahnya.
سبحانك_Subhanaka : memahasucikan Engkau dari hal-hal yang tidak layak bagi-Mu.
قِناءذابالنّار_Qina ‘azaban nar : jadikanlah amal saleh itu sebagai tameng bagi kami dari azab neraka .
- Munasabah Ayat
Ayat-ayat ini bermunasabah dengan ayat yang sebelumnya yaitu ayat 189 dan surah al-Baqarah ayat 164. Dimana dalam ayat 189 surah Ali Imran ini ditegaskan kepemilikan Allah swt. atas alam raya, yakni Dia adalah Yang Memiliki segala sesuatu. Dan pada surah al-Baqarah ayat 164 di sebutkan bahwa kekuasaan-kekuasaan Allah atau ciptaan-ciptaan Allah itu diciptakan bagi kaum untuk dipikirkan.
- Pembahasan
Dalam ayat-ayat ini Allah menguraikan dari penciptaan-Nya itu serta memerintahkan agar memikirkannya, yang mana tujuan utama surah Ali Imran adalah membuktikan tentang Tauhid, keesaan dan kekuasaan Allah swt. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan, pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah Yang Maha Hidup. Hakikat ini ditegaskan bahwa salah satu bukti kebenaraan hal tersebut adalah mengundang manusi untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan,yakni kejadian benda-benda angkasa seperti matahari, bulan dan bintang-bintang yang terdapat di langit atau dalam pengaturan system kerja langit yang sangat teliti serta kejadian dan perputaran bumi pada porosnya, yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang perbedaannya baik dalam masa , maupun dalam panjang dan pendeknya, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulul albab yaitu orang-orang yang berakal .
Dan menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, Ulul Albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya,disamping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya.
Kesimpulannya, bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah SWT. dalam sebagian besar waktunya. Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Dan hanya dengan melakukan zikir kepada Allah, hal itu masih belum cukup untuk menjamin hadirnya hidayah. Tetapi harus pula dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaan-Nya. Untuk itu Dia berfirman dalam ayat berikut:
Mereka mau memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung didalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah teertinggi dan kemampuan yang utuh.
Kesimpulannya, bahwa keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat Allah dan memikirkan makhluk-makhluk-Nya dari segi yang menunjukka adanya Sang Pencipta Yang Esa, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Sebagai konsekuensinya ia mempercayai para rasul dan mempercayai bahwa kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka adalah untuk merinci hukum-hukum syari’at, mengandung semua pendidikan yang sempurna dan akhlak-akhlak yang indah disamping hal-hal yang harus diterapkan dalam tatanan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan mempercayai bahwa perhitungan serta pembalasan terhadap amal-amal itu ada dua alternative yaitu masuk surga atau neraka.
Dan sesungguhnya penuturan zikir disini hanyalah mengenai makhluk Allah. Hal itu karena ada larangan memikirkan memikirkan Zat Sang Pencipta, karena mustahil seseorang akan bisa sampai kepada hakikat Zat sifat-sifat-Nya.
Al-Ashabani, dalam hal ini telah meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah saw. pernah keluar bersama para sahabatnya sedangkan waktu itu mereka sedang bertafakkur. Kemudian Rasulullah saw. bersabda:
الخلقِ ولاتتفكّرُوافى الخالقِ تفكّرُوافى
“Pikirkanlah oleh kalian tentang makhluk,dan jangan sekali-kali kalian memikirkan Allah SWT.”
Q.S. Fushilat[41]: 53
53. Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
- Penafsiran Kata-Kata Sulit
ﺴﻨﺮﻳﻬﻢﺍﻳﺘﻨﺎﻔﯽﺍﻻﻔﺎﻖ : (Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap penjuru) di segenap penjuru langit dan bumi. Penjuru-penjuru bumi sebelah timur, barat, utara maupun selatan.
ﻮﻔﻲﺍﻨﻔﺴﻬﻢ : (dan pada diri mereka sendiri) yaitu berupa rapuhnya ciptaan Allah dan indahnya hikmah yang terkandung di dalam penciptaan itu.
الحقّ : (adalah benar)diturunkan dari sisi Allah yang di dalamnya dijelaskan masalah hari kebangkitan, hisab dan siksaan, maka mereka akan disiksa karena kekafiran mereka terhadap al-Qur’an dan terhadap orang yang al-Qur’an diturunkan kepada nya, yaitu Nabi SAW .
شهيد : menyaksikan segala yang dilakukan oleh makhluk-Nya tanpa ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya, sekali pun seberat zarrah di langit maupun di bumi .
- Munasabah Ayat
Ayat ini bermunasabah dengan ayat sebelum dan sesudahnya, yaitu Q.S. Fushilat[41] ayat 52 dan 54.
Di dalam ayat 52 menjelaskan tentang perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengecam mereka yaitu orang-orang musyrik yang mendustakan al-Qur’an, mengingkari kebenaran al-Qur’an dan menolak ajaran atau menolak al-Qur’an sebagai tuntunan tanpa berpikir. Dan di dalam ayat 54 surat Fushilat yakni menjelaskan bahwa mereka berada di dalam keraguan dan pengingkaran tentang pertemuan dengan Tuhan mereka, karena tidak menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah .
- Pembahasan
Di dalam Q.S. Fushilat ayat 53 ini, menerangkan bahwa Allah akan memperlihatkan kepada mereka yaitu orang-orang musyrik tanda-tanda kekuasaan Allah di segenap penjuru berupa penaklukan-penaklukan dan kemenangan-kemenangan Islam atas semua negeri dan semua agama. Dan dalil-dalil yang terdapat di dalam diri-diri mereka sendiri seperti peristiwa atau kejadian Perang Badar dan penaklukkan kota suci Mekah. Allah swt. telah memberikan pertolongan pada peristiwa-peristiwa itu terhadap Muhammad saw. dan para sahabatnya. Dan telah menghinakan juga pada peristiwa-peristiwa itu kebatilan. Dan menurut Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, mungkin saja yang dimaksud dengan firman Allah,”dan pada diri mereka sendiri” adalah materi, campuran (senyawa) dan karakteristik yang menakjubkan yang membentuk tubuh manusia, sebagaimana dijelaskan di dalam ilmu anatomi yang menunjukkan tentang hikmah Sang Pencipta. Termasuk tanda kekuasaan Allah yang ada dalam diri (karakter) manusia berupa perilaku yang berbeda-beda, ada yang baik dan jelek. Apakah mereka tidak menggunakan pikiran mereka untuk memahami bukti-bukti yang terdapat dalam al-Qur’an sendiri dan apakah belum cukup bagi mereka bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu, yakni atas perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya .
Q.S. Al-Ghosyiyah[88]: 17-20
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?
18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?
19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
- Penafsiran Kata-Kata Sulit
ﺍﻔﻼﻳﻨﻈﺮﻮﻥ : (maka apakah mereka yaitu orang-orang kafir Mekah tidak memperhatikan) dengan perhatian yang dibarengi keinginan mengambil pelajaran.
ﺍﻻﺒﻞ_Al-Ibil : bentuk jamak yang berarti unta-unta.
ﺮﻓﻊﺍﻟﺴﻤﺎﻋ_Rafa’as-sama : memegang atau meninggikan apa-apa yang ada di atas kita, seperti matahari, bulan dan bintang.
ﻨﺼﺐﺍﻟﺠﺒﺎﻞ_Nasbul-jibal : gunung-gunung ditegakkan sebagai tanda bagi orang-orang yang bepergian dan patokan bagi orang yang sesat.
ﻮﺍﻟﯽﺍﻼﺮﺾﻜﻳﻒﺴﻂﺤﺖ :(dan bumi baagaimana ia dihamparkan) maksudnya dijadikan sehingga terhampar. Melalui hal-hal tersebutlah mereka mengambil kesimpulan tentang kekuasaan Allah swt. dan keesaan-Nya. Pembahasan ini dimulai dengan menyebut unta, karena unta adalah binatang ternak yang paling mereka kenal daripada yang lainnya. Firman Allah : Suthihat, jelas menunjukkan bahwa bumi itu rata bentuknya. Pendapat inilah yang dianut oleh para ulama Syara’. Jadi bentuk bumi bukanlah bulat seperti bola sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli kontruksi. Masalah ini sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan salah satu rukun syariat . Dan di dalam tafsir al-Mishbah di tafsirkan bahwa Sathul-Ardi diartikan yakni meratakan dan menghamparkan bumi sehingga bisa dihuni dan bisa untuk berjalan diatasnya .
- Asbabun Nuzulnya
Imam Ibnu Jarir dan Imam Ibnu Abu Hatim, kedua-duanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Qatadah, yang telah menceritakan bahwa ketika Allah menggambarkan kenikmatan-kenikmatan yang terdapat di dalam Surga, orang-orang yang sesat merasa takjub terhadap hal tersebut. Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya: Unta, bagaimana ia diciptakan? (Q.S. al-Ghosyiyah:17)
- Munasabah Ayat
Ayat-ayat ini bermunasabah dengan ayat 8-16 Q.S. al-Ghosyiyah. Dimana di dalam ayat-ayat tersebut menguraikan keadaan penghuni Surga serta kenikmatan-kenikmatan yang terdapat di dalamnya. Dan Q.S. al-Ghosyiyah ayat 17-20 ini bermunasabah juga dengan Q.S. an-Nahl[16] ayat 15, yang mana di dalam ayat ke 15 ini, dikatakan juga bahwa Allah menciptakan gunung-gunung supaya bumi itu tidak goncang bersama penghuninya, dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan sebagai petunjuk.
- Pembahasan
Di dalam Q.S. al-Ghosyiyah ayat 17-20 ini membahas tentang kaum Musyrikin yang masih tetap bersikeras menolak keniscayaan hari kiamat serta mereka masih meragukan terhadap kuasa Allah swt. dan ilmu-Nya untuk menghimpun dan menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah lapuk, dan terserak ke mana-mana. Oleh karena itu, Allah mengajak mereka untuk memperhatikan alam raya. Ayat-ayat ini mengajak mereka berpikir dan merenung. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan bukti kuasa Allah yang terbentang di alam raya ini, antara lain kepada unta yang menjadi kendaraan dan bahan pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh Allah dengan sangat mengagumkan? Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat, dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. Dengan dmikian, dia ditundukkan untuk menanggung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. Mereka diingatkan dengan hal ini karena bagi bangsa Arab, binatang yang paling akrab dengan kehidupan mereka adalah unta. Dan apakah mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan yang biasa mereka daki bagaimana ia ditegakkan? Yaitu, menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh dan teguh sehingga bumi tidak menjadi miring bersama penghuninya (lihat Q.S. an-Nahl[16]: 15), dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang padanya. Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta bulat bagaimana ia dihamaparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan, dan dihamparkan. Maka, ayat ini mengingatkan orang-orang Arab Badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung dan bumi agar mereka mengambil pelajaran dan semua ini tentang kekuasaan Dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha Agung. Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur. Dialah yang tidak ada Tuhan selain Dia semata .
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an adalah haq yang merupakan sumber ilmu pengetahuan dasar yang sebagai tuntunan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, serta kebenaran ajarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar